Skip to main content

Spirit of Indonesia: Era Baru Nasionalisme Generasi Milenial


Pukul 12.30 Antrean terlihat mengular dengan didominasi oleh almamater merah maroon, identitas mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945. Setiap peserta diwajibkan untuk menunjukkan bukti pendaftaran berupa sreenshot barcode sebagai tiket masuk. Oiya, kegitan ini tidak dipungut biaya alias GRATIS. Mahasiswa kalau sudah dengar gratis tau dong gimana antusiasnya. Jika ada yang bertanya-tanya event apakah yang saya ikuti pada hari Rabu, 11 April 2018 lalu? 


Adalah Spirit of Indonesia, salah satu Roadshow untuk menanamkan jiwa nasionalisme serta semangat mahasiswa Indonesia untuk turut memajukan tanah air yang diselenggarakan oleh Kami Indonesia. Kami Indonesia adalah salah satu organisasi yang diinisiasi oleh mahasiswa angkatan 1998 terkait dengan kepedulian mereka dengan nasionalisme kawula muda masa kini. Di Kalimantan Timur, kegiatan Roadshow diadakan di dua kampus yaitu pagi hari di Universitas Mulawarman atau disingkat UNMUL dan siang hari di Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda atau selanjutnya disingkat UNTAG. UNTAG dalah kampus ke 15 yang disinggahi Kami Indonesia dari rencana total ada 150 kampus diseluruh Indonesia yang akan disambangi.

Kenapa pengen banget ke Roadshow Spirit of Indonesia?
Jika dilihat dari posternya saja, tanpa pikir panjang (setelah cek gak bertabrakan sama jadwal kuliah dan tentunya tanpa dipungut biaya) saya pasti akan mengikuti event ini. Ingin berjumpa dan mendengarkan narasi seorang Bapak Abraham Samad –lah salah satu alasan terbesar kenapa saya pengen datang ke Roadshow yang bisa dibilang sangat jarang hadir menyapa mahasiswa Kalimantan Timur. Alasan lainnya yaitu karena salah satu kegiatan favorit saya dan bisa dinikmati selagi masih jadi mahasiswa adalah SEMINAR, ROADSHOW, TRAINING, dan lain sebagainya.

Dulu waktu zaman saya masih jadi Mahasiswa baru alias MABA ada senior yang mengatakan kalau belajar itu gak harus melulu tatap muka sama dosen tapi cuma bisa diperoleh saat jadi mahasiswa. So, kegiatan macam ini menjadi satu dari banyak LIST TO DO saya tiap tahunnya. Dan Alhamdulillah, hingga menginjak tahun terakhir mengenyam bangku kuliah saya masih diberi kesempatan untuk mendapatkan inspirasi dan motivasi salah satunya melalui Roadshow ini.

Walaupun saya menyadari tidak semua mahasiswa tertarik dengan Roadshow/seminar karena mungkin dianggap itu adalah sesuatu yang membosankan, atau bikin ngantuk, bikin capek lah, ngehambat jadwal kuliah. Tapi saya yakin kok pasti masih banyak juga mahasiswa yang pinter bagi waktu sama kuliahnya, sempat-sempatkan buat nyari ilmu di luar sana dan sama tertariknya kayak saya dengan Roadshow ini.

Kenapa pilih ikutan roadshow di UNTAG?
           Jujur saja, saya mengetahui info event besar ini dari grup kampus dan juga memang mayoritas poster yang disebarluaskan adalah yang berlokasi di UNTAG. Sedangkan saya justru tidak tahu menahu soal kegiatan yang sama akan diadakan di UNMUL. Entah kenapanya saya kurang tau karena yang paling penting menurut saya adalah ilmu yang didapatkan toh juga dari narasumber-narasumber inspiratif nan hebat yang sama. Dan entah ini kebetulan atau apa, dari segi jarak tempuh UNTAG ni lebih dekat kalau dari rumah saya. Jadi tidak perlu dipermasalahkan bukan?  Hehehe…


Apa aja keseruan yang memorable di Roadshow Spirit of Indonesia?
           Saking serunya hampir aja saya lupa buat berbagi ringkasan kegiatan yang berlangsung selama kurang lebih 4 jam tersebut. Oke, mari kita mulai.

Kegiatan dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan sambutan dari panitia penyelenggara, civitas akademika UNTAG serta pihak struktural organisasi Kami Indonesia selaku si empunya acara. Acara dibuka oleh Rektor UNTAG.

Kemudian acara dilanjutkan dengan penyampaian materi tentang Nasionalisme oleh Wakil Ketua MPR RI yaitu Bapak Mahyudin. Beliau berbagi cerita mengenai pentingnya sifat nasionalisme bagi seluruh rakyat Indonesia terutama bagi generasi muda seperti pelajar dan mahasiswa. Degradasi nasionalisme dapat menyebabkan berkurangnya rasa tangggung jawab dan kepedulian terhadap sesama dalam keberagaman dan toleransi. Beberapa faktor yang menyebabkan berkurangnya nasionalisme dan dapat merusak generasi penerus bangsa diantaranya pergaulan bebas dan narkoba. 

Bapak Mahyudin

Materi utama bertanjuk Spirit of Indonesia disampaikan oleh CEO Kami Indonesia, Asri Anas. Beliau banyak berbagi mengenai perjuangan mahasiswa di era akhir tahun 90an karena saat itu beliau masih duduk dibangku perkuliahan dan pada akhir 90an merupakan salah satu sejarah mahasiswa dalam keikutsertaan perannya dalam mengkritisi pemerintahan masa itu.

Bapak Asri Anas

Pembicara yang paling dinantikan adalah Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Periode 2009-2015, Bapak Abraham Samad. Latar belakangnya yang sederhana menjadikan para mahasiswa yang hadir di Roadshow Spirit of Indonesia ikut terlarut di dalamnya. Dengan memberikan materi yang tidak kalah menarik yaitu tentang Kepimpinan, beliau berbagi tips bagaimana menjadi generasi milenial yang tidak ketinggalan berita dan tidak asal menyebarkan berita bohong atau Hoax, tetapi juga harus mampu mengkritisi pemerintahan masa kini dengan cara yang kekinian pula. 
Bapak Abraham Samad

Beberapa contoh pemimpin dunia juga dijadikan referensi oleh tokoh yang gemar menyebarkan tagline Indonesia Anti Korupsi agar nantinya pemerintahan ke depan dapat lebih baik lagi. Tidak hanya itu, beliau juga memberi masukan kepada dunia pendidikan khususnya pendidikan formal akan pentingnya pengetahuan dasar mengenai pendidikan anti korupsi.

Pembicara terakhir adalah Tubagus Dedi S. Gumelar yang merupakan pelawak sekaligus Anggota DPR RI tahun 2009-2014. Dengan sudi kasus ringan yang dibungkus sederhana namun juga kocak menjadikan sesi akhir ini dipenuhi gelak tawa dan antusiasme luar biasa hingga akhir acara.



Penutup
Kegiatan diakhiri dengan sesi Tanya jawab, pembagian cindera mata dan pembagian hadiah. Saya pribadi berharap kegiatan seperti ini menjadi awal dari kegiatan skala nasional lain yang semoga saja bisa terlaksana di seluruh kampus di Kalimantan Timur khususnya di Samarinda. 



Terimakasih sudah membaca artikel ini. Semoga bermanfaat dan terinspirasi.

Comments

Popular posts from this blog

Kuliah sebagai Wadah Penggali Ilmu Pengetahuan

Membayangkan bagaimana merasakan panasnya bangku perkuliahan kini telah saya rasakan. Ada rasa bangga, haru, bersyukur, beban, semua rasa jadi satu saat pertama kali menduduki bangku perkuliahan. Penyesuaian pun pastilah hal yang wajib hukumnya jika kita memasuki tempat dan lingkungan yang baru. Jika ada yang bertanya apakah ada perbedaan antara saat mengenakan putih abu-abu dengan mengenakan pakaian bebas pantas? Tentu saja ada.  Harus lebih komunikatif, di bangku perkuliahan tidak ada bel berbunyi saat jam akan dimulai ataupun saat usai layaknya zaman SMA dulu dan lain sebagainya. Tetapi banyak pula kesamaannya. Diantaranya belajar dengan dibimbing oleh seorang pengajar dan pendidik yang disebut Dosen, Belajarnya mulai pagi sampai sore, tugas menumpuk, kegiatan organisasi dalam/luar kampus juga menunggu, dan masih banyak lagi yang sulit untuk dijabarkan satu per satu.  Yang namanya kuliah tetaplah sama seperti jenjang pendidikan sebelumnya yakni menuntut ilmu. Karena ilmu

Si Anak Cahaya, Karya Terbaru Tere Liye Rilis

Sebelum kita masuk ke bagian dua dari kegiatan bedah buku Tere Liye awal Desember lalu, sesuai janji saya akan sedikit memberikan spoiler tentang novel terbaru Tere Liye yang baru saja diluncurkan. - Desember 2018, novel terbaru Tere Liye rilis dengan judul Si Anak Cahaya. Si Anak Cahaya merupakan buku ke lima dari serial anak-anak Mamak. Jadi dengan keluarnya buku kelima sekaligus re-cover seluruh serial anak-anak Mamak dari buku satu sampai empat dan judul yang berubah pula. Si Anak Spesial, Burlian; Si Anak Pintar, Pukat; Si Anak Pemberani, Eliana; Si Anak Kuat, Amelia; Si Anak Cahaya, adalah cerita tentang Ibunya. Berbarengan dengan dirilisnya serial ini maka ke depan serial ini masih akan berlanjut. - Kembali ke dua novel yang akan dibahas yakni Tentang Kamu dan Rindu. Kedua buku ini bisa dikatakan mirip. Rindu bergenre sejarah. Sebelum dikirim penerbit, awalnya Rindu memiliki judul asli yaitu 12.000 kilometer. Diberi judul Rindu karena nanti kalau judulnya 12.000 kilo

7 Cara Pilih Tempat Magang yang 'klik' versi Mahasiswa Teknik Kimia

Lokasi: AKAMIGAS- Puslitbang Cepu Setelah kurang lebih satu semester vakum di dunia tulis menulis karena bingung cari topik yang sesuai buat kalian semua. Bisa dibilang tema kali ini bakalan lebih menjurus buat kalian yang ada di teknik kimia. Jujur saja kalo saya dulu juga sempat merasakan hal yang sama seperti kalian apalagi pada saat ditanya "ntar mau magang di mana buat semester depan? Sudah ada pegangan belum?" Atau mungkin "magang nya anak tekkim itu bagusnya dimana sih? Susah gak?" Nah, kali ini saya akan share tentang persiapan nyari tempat magang dan bagaimana pertimbangan buat masuk ke industri yang kalian inginkan. Ready? Let's begin!         1. Prioritas/Goal dalam melaksanakan Magang Ini hal mendasar sebelum kamu menghadapi magang. Untuk mahasiswa seperti saya yang menempuh pendidikan Strata 1 Terapan di institusi berbasis vokasi (Politeknik), sudah menjadi rahasia umum jika 70% nilai di semester 6 sepenuhnya