Skip to main content

Posts

Menghargai Profesi Orang Lain

Sebuah kisah sederhana di keseharianku pagi ini. Jadi, kebetulan tadi pas lagi antre, di sebelahku ada mbak-mbak dari agent 3rd party untuk survei kepuasan pelanggan. Ya, beliau surveyor . Beliau kayak mau nanyain aku buat jadi salah satu respondennya cuma sepertinya sungkan karena ngeliat aku masih sibuk baca dan nulis-nulis di buku. Mbak nya gak ngeh, padahal selama aku nulis aku sambil merhatikan beliau yang lagi mewawancarai orang di depanku. Melihat beliau, Tiba-tiba teringat dulu pernah ada di posisi itu. Keliling kota panas terik, nyari responden susahnya minta ampun. Syukur-syukur kalo ada yang mau di wawancara, banyaknya sih orang pada tutup pintu karena dikira mau minta sumbangan 😭 Ku tutup buku ku, dan ku sapa si mbak surveyor tadi. Eh, pas juga beliau ngeliat aku. Tatap tatapan deh #ea. Lanjut. Sesuai dugaan. Ya, beliau lagi nyari responden dan menanyakan apakah aku boleh diganggu karena beliau liat aku kayaknya sibuk banget. Dan aku bilang aku sudah selesai dengan urusa
Recent posts

Sebuah Resensi: Habibie (Tak Boleh Lelah dan Kalah)

Judul                      : Habibie (Tak Boleh Lelah dan Kalah) oleh Fachmy Casofa Penerbit                 : Tiga Serangkai Jumlah halaman   : 236 halaman Sampul                  : Hard cover Cetakan                 : Pertama, Maret 2014 “KITA ADALAH KETURUNAN BANGSA PEJUANG, YANG TIDAK MENGENAL LELAH DAN KALAH!” -BJ. HABIBIE Buku adalah jendela dunia. Tentu kita sudah familiar dengan ungkapan tersebut. Melalui buku persembahan B.J. Habibie, kita akan disuguhkan dengan 50 gagasan brilian untuk generasi penerus bangsa agar tetap cinta pada negerinya sembari mengenang momen kehidupan Eyang, begitu Ia akrab disapa.   Sekilas tentang buku Masuk ke dalam kategori Faksi/inspirasi, buku Presiden Republik Indonesia ke- 3 ini layak untuk menjadi rekomendasi buku yang menjadi inspirasi sekaligus motivasi bagi generasi muda. Halaman awal disajikan perjalanan singkat Habibie sejak kecil, cita-cita besarnya untuk menerbangkan pesawat buatan anak bangsa, kisah ci

Si Anak Cahaya, Karya Terbaru Tere Liye Rilis

Sebelum kita masuk ke bagian dua dari kegiatan bedah buku Tere Liye awal Desember lalu, sesuai janji saya akan sedikit memberikan spoiler tentang novel terbaru Tere Liye yang baru saja diluncurkan. - Desember 2018, novel terbaru Tere Liye rilis dengan judul Si Anak Cahaya. Si Anak Cahaya merupakan buku ke lima dari serial anak-anak Mamak. Jadi dengan keluarnya buku kelima sekaligus re-cover seluruh serial anak-anak Mamak dari buku satu sampai empat dan judul yang berubah pula. Si Anak Spesial, Burlian; Si Anak Pintar, Pukat; Si Anak Pemberani, Eliana; Si Anak Kuat, Amelia; Si Anak Cahaya, adalah cerita tentang Ibunya. Berbarengan dengan dirilisnya serial ini maka ke depan serial ini masih akan berlanjut. - Kembali ke dua novel yang akan dibahas yakni Tentang Kamu dan Rindu. Kedua buku ini bisa dikatakan mirip. Rindu bergenre sejarah. Sebelum dikirim penerbit, awalnya Rindu memiliki judul asli yaitu 12.000 kilometer. Diberi judul Rindu karena nanti kalau judulnya 12.000 kilo

Tere Liye Bongkar Rahasia di balik Tentang Kamu dan Rindu @Pusdima Fair 2018

Setelah 2016 lalu saya bertemu Tere Liye di Balikpapan saat peluncuran novel bertajuk Matahari, Alhamdulillah tepat 2 Desember 2018 menjadi kali kedua saya untuk dapat bertemu lagi dengan penulis kenamaan yang sukses berkat Daun yang Jatuh Tak pernah Membenci Angin. Bedanya kali ini bertempat di Samarinda. Bagi teman-teman yang belum sempat melihat langsung bagaimana Tere Liye membagi rahasia di balik suksesnya dua novel andalannya yaitu Tentang Kamu dan Rindu. Eits, don’t need to worry guys . Kali ini saya akan merangkumnya untuk kalian semua. - Pukul 07.30 WITA Gedung Olah Bebaya Kantor Gubernur Kalimantan Timur tengah dipenuhi peserta Seminar Bedah Buku Tere Liye sekaligus membuka acara Pusdima Fair Polnes 2018. Walaupun ini bukan merupakan kali pertama bagi penulis serial fantasi Bumi tersebut menginjakkan kaki di Samarinda, namun antusias penggiat literasi tampak tak ada habisnya.   Pagi itu, Bang Tere –begitu Ia akrab disapa, dengan busana casualnya –kaos po