Skip to main content

Sebuah Resensi Disruption Karya Rhenald Kasali


Butuh satu bulan lamanya bagi saya untuk membaca buku terlaris nasional karya guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yakni Bapak Rhenald Kasali, Ph.D. Selain merupakan kali pertama saya dalam membaca buku non fiksi yang perlu dibaca berulang agar paham dengan isi buku berjumlah 512 halaman tersebut, menyusun resensi untuk karya berjudul Disruption ini pun nyatanya juga tidak mudah. Buku dengan tema bisnis dan ekonomi ini menyajikan fakta perihal pesatnya perilaku ekonomi di Indonesia dan dunia secara keseluruhan serta gangguan yang harus dihadapi di masa mendatang.



Judul                  : Disruption: Tak Ada Yang Bisa Diubah Sebelum Dihadapi, 
                              Motivasi Saja Tidak Cukup
Penulis               : Rhenald Kasali
Cetakan ke         : 8 (Juli 2018)
Cover/halaman : Soft cover / 512 halaman  

Jatuh hati dengan non fiksi

Disruption pertama kali saya lihat di akun media sosial salah satu situs jual beli buku online pada akhir tahun 2017. Setiap minggunya situs jual beli buku online tersebut merekomendasikan judul buku yang sedang menjadi incaran pembeli. Salah satunya buku national best seller milik Rhenald Kasali ini. dan Alhamdulillah akhirnya buku ini saya beli di toko buku Gramedia yang bulan Oktober lalu sedang mengadakan diskon besar-besaran sehingga harga si buku tebal ini pun dapat saya jangkau. 

Sosok Guru Besar Universitas Terkemuka

Seorang Rhenald Kasali menjadi salah satu alasan terbesar saya mengapa buku ini harus ada di tangan saya. Bagi pecinta buku pasti sudah mengenal sosok beliau yang saat ini masih aktif dengan tulisannya baik di dunia pendidikan maupun ekonomi dan bisnis. Bagi kalian yang penasaran tentang siapa beliau, bisa banget untuk menggali informasi lewat internet.

Sinopsis
   
Sesekali dalam hidup ini kita akan menjadi saksi perubahan. Dari hal-hal kecil yang mengubah kebiasaan sampai revolusi besar yang diam-diam mematikan suatu peradaban. Seperti kata Stephen Elop (Nokia), "Kami tidak melakukan kesalahan apa pun; tiba-tiba kalah dan punah."
Suatu revolusi kini menghadang jutaan pembangun merek dan pemilik reputasi yang dulu tak tergoyahkan. Seperti Blue Bird yang harus menghadapi gempuran mobil-mobil yang tak terlihat bermerek taksi, tak berpelat nomor kuning, dan tak tampak beroperasi sebagai taksi. Tahu-tahu revolusi ini sudah besar dan mengoreksi kesejahteraan kita.
Perusahaan-perusahaan lain menghadapi lawan-lawan yang langsung door-to-door. Kepala-kepala daerah yang cerdas telah menjelajahi gelombang ketiga internet melalui smart city, bio-chips, dan internet of things.
Kehebatan pun berpindah. Secepat angin bertiup, yang tak hanya membunuh, tapi membuat kita terhenyak. Suatu peradaban baru yang menuntut manusia mengubah pola pikirnya, a disruptive mindset. Yang tak hanya harus sedia setiap saat, real time, on demand, dan terbuka. Suatu peradaban yang dibentuk oleh hukum Moore, yang mengubah kecepatan menjadi eksponensial, yang berhadapan dengan pribadi-pribadi yang masih berpikir secara linear.
Inilah buku yang pantas dibaca oleh para pengusaha, eksekutif, aparatur sipil negara (ASN), abdi masyarakat, pegiat sosial, guru, dan orangtua untuk mencegah kegagalan dalam melangkah, membangun karier, serta menciptakan masa depan anak-anaknya, perusahaannya, perekonomiannya, dan bangsanya. Kita tak mungkin menapak ke masa depan yang sungguh-sungguh berbeda dengan kebiasaan-kebiasaan yang tak lagi relevan (Goodreads.com, 2017).

Tentang Disruption

Mengisahkan kegelisahan kaum muda akan kompetisi di era globalisasi melawan incumbent yang sudah cukup makan garam dan memiliki sumber daya yang besar. Selain itu juga membahas tantangan incumbent dalam menghadapi lawan-lawan yang tidak kasat mata. Maksudnya di sini bukan hal gaib loh ya, lawan tersebut tidak terlihat namun ternyata bisa mempengaruhi masa depan para incumbent kelak.
Melesatnya perusahaan berbasis online. Kesalahan persepsi antara menciptakan suatu ide dengan melakukan inovasi. Contohnya Gojek. Mereka tidak menciptakan suatu profesi atau bidang baru namun hanya membuat system untuk mewadahi apa yang sudah ada saat ini (mengkomersilkan yang konvensional menjadi digital) atau biasa kita sebut dengan digitalisasi.
Bagian kesukaan saya pada buku ini terletak pada kutipan tiap bab yang inspiratif dan logis dengan apa yang dihadapi generasi muda saat ini. Kita juga jadi lebih banyak tahu mengenai perkembangan pesat digitalisasi di Indonesia saat ini lengkap dengan peta persaingannya dengan negara lain.

Semoga resensi kali ini menjadi salah satu pertimbangan bacaan non fiksi untuk kalian semua generasi milenial yang haus akan informasi utamanya bagi kalian yang tertarik dengan dunia bisnis dan ekonomi. Buku ini juga bisa menjadi pilihan tepat untuk kalian yang penat dengan novel fiksi.


Selamat membaca dan Salam Literasi!

Comments

Popular posts from this blog

Kuliah sebagai Wadah Penggali Ilmu Pengetahuan

Membayangkan bagaimana merasakan panasnya bangku perkuliahan kini telah saya rasakan. Ada rasa bangga, haru, bersyukur, beban, semua rasa jadi satu saat pertama kali menduduki bangku perkuliahan. Penyesuaian pun pastilah hal yang wajib hukumnya jika kita memasuki tempat dan lingkungan yang baru. Jika ada yang bertanya apakah ada perbedaan antara saat mengenakan putih abu-abu dengan mengenakan pakaian bebas pantas? Tentu saja ada.  Harus lebih komunikatif, di bangku perkuliahan tidak ada bel berbunyi saat jam akan dimulai ataupun saat usai layaknya zaman SMA dulu dan lain sebagainya. Tetapi banyak pula kesamaannya. Diantaranya belajar dengan dibimbing oleh seorang pengajar dan pendidik yang disebut Dosen, Belajarnya mulai pagi sampai sore, tugas menumpuk, kegiatan organisasi dalam/luar kampus juga menunggu, dan masih banyak lagi yang sulit untuk dijabarkan satu per satu.  Yang namanya kuliah tetaplah sama seperti jenjang pendidikan sebelumnya yakni menuntut ilmu. Kar...

Si Anak Cahaya, Karya Terbaru Tere Liye Rilis

Sebelum kita masuk ke bagian dua dari kegiatan bedah buku Tere Liye awal Desember lalu, sesuai janji saya akan sedikit memberikan spoiler tentang novel terbaru Tere Liye yang baru saja diluncurkan. - Desember 2018, novel terbaru Tere Liye rilis dengan judul Si Anak Cahaya. Si Anak Cahaya merupakan buku ke lima dari serial anak-anak Mamak. Jadi dengan keluarnya buku kelima sekaligus re-cover seluruh serial anak-anak Mamak dari buku satu sampai empat dan judul yang berubah pula. Si Anak Spesial, Burlian; Si Anak Pintar, Pukat; Si Anak Pemberani, Eliana; Si Anak Kuat, Amelia; Si Anak Cahaya, adalah cerita tentang Ibunya. Berbarengan dengan dirilisnya serial ini maka ke depan serial ini masih akan berlanjut. - Kembali ke dua novel yang akan dibahas yakni Tentang Kamu dan Rindu. Kedua buku ini bisa dikatakan mirip. Rindu bergenre sejarah. Sebelum dikirim penerbit, awalnya Rindu memiliki judul asli yaitu 12.000 kilometer. Diberi judul Rindu karena nanti kalau judulnya 12.000 kilo...

7 Cara Pilih Tempat Magang yang 'klik' versi Mahasiswa Teknik Kimia

Lokasi: AKAMIGAS- Puslitbang Cepu Setelah kurang lebih satu semester vakum di dunia tulis menulis karena bingung cari topik yang sesuai buat kalian semua. Bisa dibilang tema kali ini bakalan lebih menjurus buat kalian yang ada di teknik kimia. Jujur saja kalo saya dulu juga sempat merasakan hal yang sama seperti kalian apalagi pada saat ditanya "ntar mau magang di mana buat semester depan? Sudah ada pegangan belum?" Atau mungkin "magang nya anak tekkim itu bagusnya dimana sih? Susah gak?" Nah, kali ini saya akan share tentang persiapan nyari tempat magang dan bagaimana pertimbangan buat masuk ke industri yang kalian inginkan. Ready? Let's begin!         1. Prioritas/Goal dalam melaksanakan Magang Ini hal mendasar sebelum kamu menghadapi magang. Untuk mahasiswa seperti saya yang menempuh pendidikan Strata 1 Terapan di institusi berbasis vokasi (Politeknik), sudah menjadi rahasia umum jika 70% nilai di semester 6 sepenuhnya...