Suasana sabtu (30/07) sore lalu tiba-tiba diramaikan oleh sekumpulan orang yang berlalu-lalang di sekitar pintu masuk Toko Buku Gramedia The Plaza Balikpapan. Bukan tanpa alasan, kehadiran pecinta buku ini tak lain adalah untuk bertemu dan menyapa sang penulis terkenal di Indonesia yang sukses dengan novel perdananya berjudul 'Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin'.
Kegiatan yang diberi nama 'Meet and Greet Bersama Tere Liye' ini merupakan salah satu rangkaian road show sang penulis novel serial 'Bumi' di tahun 2016 dalam rangka memperkenalkan 'Matahari' kepada seluruh pembaca setianya.
Tepat pukul 5 sore waktu Indonesia Tengah, Sang Pembawa Acara memperkenalkan seorang Tere Liye di depan seluruh audience. Sapaan serta salam hangat dari Tere Liye yang saat itu mengenakan t-shirt putih bercetak sablon gambar novel karangannya sendiri disertai bawahan jeans panjang, membawa kesegaran tersendiri bagi lebih dari 50 orang yang mayoritas sedang menggenggam novel terbaru sang penulis novel.
Acara diawali dengan sesi tanya jawab kemudian dilanjutkan dengan sesi booksigning. Sebelum sesi tanya jawab dimulai, Si Mbak --pembawa acara-- mengatakan bahwa ada dua hal yang patut ditaati selama acara berlangsung:
1. Tere Liye berada di acara Meet and Greet hingga pukul 7 malam, dan
2. Beliau Tidak menerima foto bareng
So, untuk menghormati privasi Bang Darwis Tere Liye, saya tidak akan upload foto beliau. walaupun sebenernya ada aja fotoya beliau saat acara berlangsung.
Lalu, sesi tanya jawab dibuka oleh sang pembawa acara sebanyak 3 pertanyaan, diantaranya mengenai penjelasan singkat dari novel 'Matahari', genre novel yang sering dibuat oleh Tere Liye dan tingkat kesulitan menulis novel bertema fantasi.
Berikut sinopsis Matahari Karya Tere Liye :
"Suatu hari ada yang pernah bertanya tentang tips menjadi penulis produktif kepada saya. Saya setiap tahun merilis dua sampai tiga novel, pertanyaannya adalah apakah Tere Liye merupakan seorang penulis yang produktif? Jawabannya tidak. karena honestly, kalian (pembaca/remaja masa kini) lebih produktif dari saya. buktinya adalah coba saja kita buka sosial media yang adek punya. misalnya twitter. anggap saya setiap satu tweet bernilai 10 kata. jika adek telah memposting 10.000 tweets saja selama 6 bulan, maka sebenarnya adek sudah menulis 200.000 kata dalam waktu 6 bulan. Sedangkan novel 'Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin' berisi 50.000 kata. Artinya, adek bisa menulis dua novel dalam waktu enam bulan dan empat novel dalam waktu satu tahun. siapa yang lebih produktif, dia atau saya?" Terangnya kepada audience.
"jadi, kalau kalian menanyakan tips menulis kepada saya ingatlah selalu boleh jadi dengan cara menggeser aktifitas yang menurut kita seru tapi ternyata tidak bermanfaat bisa jadi sesuatu yang bermanfaat kalian tumbuh menjadi penulis. jadi, mulailah bikin blog, atau boleh di facebook dan seterusnya. tulis setiap hari. mulailah dari hal-hal kecil tapi bermanfaat pendek tapi bertenaga." Ujarnya secara rinci. written by feviasari
Tepat pukul 5 sore waktu Indonesia Tengah, Sang Pembawa Acara memperkenalkan seorang Tere Liye di depan seluruh audience. Sapaan serta salam hangat dari Tere Liye yang saat itu mengenakan t-shirt putih bercetak sablon gambar novel karangannya sendiri disertai bawahan jeans panjang, membawa kesegaran tersendiri bagi lebih dari 50 orang yang mayoritas sedang menggenggam novel terbaru sang penulis novel.
Acara diawali dengan sesi tanya jawab kemudian dilanjutkan dengan sesi booksigning. Sebelum sesi tanya jawab dimulai, Si Mbak --pembawa acara-- mengatakan bahwa ada dua hal yang patut ditaati selama acara berlangsung:
1. Tere Liye berada di acara Meet and Greet hingga pukul 7 malam, dan
2. Beliau Tidak menerima foto bareng
So, untuk menghormati privasi Bang Darwis Tere Liye, saya tidak akan upload foto beliau. walaupun sebenernya ada aja fotoya beliau saat acara berlangsung.
suasana meet and greet di pintu depan Gramedia Plaza Balikpapan |
Lalu, sesi tanya jawab dibuka oleh sang pembawa acara sebanyak 3 pertanyaan, diantaranya mengenai penjelasan singkat dari novel 'Matahari', genre novel yang sering dibuat oleh Tere Liye dan tingkat kesulitan menulis novel bertema fantasi.
Berikut sinopsis Matahari Karya Tere Liye :
Namanya Ali, 15 tahun, kelas X. Jika saja orangtuanya mengizinkan, seharusnya dia sudah duduk di tingkat akhir ilmu fisika program doktor di universitas ternama. Ali tidak menyukai sekolahnya, guru-gurunya, teman-teman sekelasnya. Semua membosankan baginya.
Tapi sejak dia mengetahui ada yang aneh pada diriku dan Seli, teman sekelasnya, hidupnya yang membosankan berubah seru. Aku bisa menghilang, dan Seli bisa mengeluarkan petir.
Ali sendiri punya rahasia kecil. Dia bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga kemudian bertualang ke tempat-tempat menakjubkan.
Namanya Ali. Dia tahu sejak dulu dunia ini tidak sesederhana yang dilihat orang. Dan di atas segalanya, dia akhirnya tahu persahabatan adalah hal yang paling utama.
"... untuk genre menulis novel sebenarnya saya bukan tipe orang yang cenderung ke genre religi (karena banyak orang yang berpendapat demikian, mengingat salah satu novelnya yang diangkat ke layar lebar merupakan sisi keagamaan). Coba kita tela'ah, novel pertama saya bergenre roman, dilanjutkan dengan serial anak-anak Mamak yang bergenre kekeluargaan, lalu sempat juga saya membuat dengan genre politik hingga yang saat ini sedang saya promosikan yaitu genre Fantasi. Jadi, novel saya yang kata orang bergenre religi itu sebenarnya bergenre kekeluargaan.", Jelasnya.
lanjutnya untuk jawaban ke tiga, ".... kalau menulis fantasi itu lebih sederhana, karena imajinasi. berimanjinasi itu enak.".
Ia juga menganalogikan mudahnya berimajinasi berdasarkan Film Lord of The Ring dan pentingnya sumber inspirasi seperti pengetahuan sederhana yang dapat dijadikan penjelasan logis dari penokohan di novel fantasi hingga pentingnya peran pembaca melalui sosial media dalam menggali inspirasi. dan dari inspirasi para pembaca tadi beliau aplikasikan ke dalam penokohan seorang Ali yang menjadi tokoh utama dalam serial ketiga 'BUMI' tersebut.
gelak tawa dan baper nya para audience melengkapi keseruan acara Meet and Greet bersama Tere Liye sore itu.
"Suatu hari ada yang pernah bertanya tentang tips menjadi penulis produktif kepada saya. Saya setiap tahun merilis dua sampai tiga novel, pertanyaannya adalah apakah Tere Liye merupakan seorang penulis yang produktif? Jawabannya tidak. karena honestly, kalian (pembaca/remaja masa kini) lebih produktif dari saya. buktinya adalah coba saja kita buka sosial media yang adek punya. misalnya twitter. anggap saya setiap satu tweet bernilai 10 kata. jika adek telah memposting 10.000 tweets saja selama 6 bulan, maka sebenarnya adek sudah menulis 200.000 kata dalam waktu 6 bulan. Sedangkan novel 'Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin' berisi 50.000 kata. Artinya, adek bisa menulis dua novel dalam waktu enam bulan dan empat novel dalam waktu satu tahun. siapa yang lebih produktif, dia atau saya?" Terangnya kepada audience.
"jadi, kalau kalian menanyakan tips menulis kepada saya ingatlah selalu boleh jadi dengan cara menggeser aktifitas yang menurut kita seru tapi ternyata tidak bermanfaat bisa jadi sesuatu yang bermanfaat kalian tumbuh menjadi penulis. jadi, mulailah bikin blog, atau boleh di facebook dan seterusnya. tulis setiap hari. mulailah dari hal-hal kecil tapi bermanfaat pendek tapi bertenaga." Ujarnya secara rinci. written by feviasari
to be continued....
baca bagian 2 di sini (bagian 2-habis)
Comments
Post a Comment